Headlines News :

Minggu, 14 September 2014

Bangkitnya Nasionalisme di Dunia Islam BESERTA Para Tokoh Pemebeharu Islam

Bangkitnya Nasionalisme di Dunia Islam dan Para Tokoh Pemebeharu Islam

Postingan yang masih ada kaitannya dengan tugas SKI KELAS XII/2 nih frends,,,

 

  • A. Bangkitnya Nasionalisme Dunia Islam
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa benturan-benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam memang jauh tertinggal dari Eropa. Yang pertama merasakan hal itu adalah Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama dan utama menghadapi kekuatan Eropa. Dengan kesadaran tersebut memaksa penguasa dan pejuang-pejuang turki untuk banyak belajar dari Eropa.
Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam secara umum dikenal dengan gerakan pembaharauan yang didorong oleh dua faktor yang saling melengkapi, yaitu
1. Pemurnian ajaran Islam dari unsur–unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam.
2. Menimba gagasan gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.
Yang pertama, seperti gerakan Wahhabiyah yang dipelopori oleh Muhammad ibn Abd-al Wahhab (1703 1787 M) di Arabia, Syah Waliyullah (1703- 1762 M) di India, dan gerakan Sanusiyyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari Aljazair.
Sedangkan yang kedua, dengan pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki Usmani dan Mesir ke Negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam. Pelajar-pelajar muslim asal India banyak yang menuntut ilmu ke Inggris.
Gerakan pembaharuan itu juga memasuki dunia politik, karena Islam memang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme (persatuan Islam sedunia) yang pertama dicetuskan oleh gerakan Wahabiyah dan Sanusiyah. Namun gagasan tersebut baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal, yaitu Jamaluddin Al-Afghani (1839- 1897)
Menurut L.Stoddard, Al-Afghani orang pertama yang menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia mengabdikan dirinya untuk memperingatkan dunia Islam dan melakukan usaha-usaha yang teliti untuk pertahanan. Umat Islam harus meninggalkan perselisihan-perselisihan dan berjuang dibawah panji bersama. Dan ia membangkitkan semangat local dan nasional negeri-negeri Islam. Karena itu Al-Afghani dikenal sebagai bapak Nasionalisme dalam Islam.

  • B. Tokoh-tokoh Pembeharu Islam
Semenjak umat Islam menyadari ketertinggalan dan kelemahannya, maka timbul ide pembaharuan dalam Islam. Para tokoh pembaharu tersebut mengajak semua umat Islam untuk bangkit dari keterlenaan tidur yang lama. Mereka harus sadar bahwa bangsa-bangsa Barat yang telah maju dalam bidang sains dan teknologi, terutama dalam bidang militer yang telah menjajah Negara atau wilayah Islam. Mereka tidak hanya sekedar menjajah, akan tetapi berusaha menyebarkan misi agama dikalangan masyarakat muslim yang dijajahnya.
Kehadiran para tokoh modernis itu pada umumnya untuk membangkitkan kesadaran keagamaan umat Islam, diantara para tokoh pembaharu yang lahir dalam dunia Islam sebelum abad ke -19 M adalah sebagai berikut :

1. Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897 M)
Jamaluddin al-Afhgani adalah seorang filosof, penulis, orator, dan wartawan. Dalam dirinya terletak pusaran roda dunia Islam pada abad ke 19, Ia dipandang seorang negarawan besar. Akan tetapi musuh-musuhnya mengumpamakannnya sebagai sebuah gelombang yang membahayakannya. Semua orang sepakat bahwa dialah yang menghembuskan gerakan Islam modern dan mengilhami gerakan pembaharuan dikalangan kaum muslimin.
Pengaruh permikirannya meliputi Iran, Afganistan, India, dan Negara-negara Arab, Turki sampai Eropa Barat. Tugas utama yang diembannya adalah menghimpun kembali kekuatan dunia Islam yang tercecer. Serta menyingkirkan kemusyrikan dan kesulitan yang dialami oleh kaum muslimin pada masanya. Dia yakin bahwa kebangkitan umat Islam merupakan tanggung jawab kaum muslimin, bukan tanggung jawab Sang Pencipta. Masa depan kaum muslimin tidak akan mulia kecuali jika mereka menjadikannya diri mereka sendiri sebagai orang besar.


2. Muhammad Abduh (1849-1905 M)
Muhammad Abduh termasuk pembaharu agama dan sosial di Mesir pada zaman modern. Dialah penganjur yang sukses dalam membuka pintu Ijtihad untuk menyesuaikan Islam dengan tuntutan zaman modern. Walaupun pada saat itu dia diserang oleh orang-orang yang memandang bahwa pembaharuan dan pendapat-pendapatnya membahahayakan kaum muslimin (penentang yang dilakukan sebelum pembaharuan dilaksanakan) musuh-musuh sendiri sangat diragukan kebersihan niatnya dan pribadinya sertra pembelaannya terhadap agama ini.
Muhammmad Abduh dipengaruhi oleh pemikiran Jamaluddin al-Afghani. Ia telah membukakan dunia Islam dihadapannya dan problem-problem yang dihadapi pada zaman modern itu. Muhammad Abduh sangat tidak senang terhadap ahli fiqh dan ulama yang menyibukkan diri dengan masalah-masalah furu`iyah. Ia juga ingin membasmi segala bentuk khurafat yang begitu digandrungi oleh orang awam. Menurutnya jalan yang paling benar untuk membebaskan diri dari bentuk penjajahan dan kediktatoran adalah perhatian terhadap pendidikan dan pengajaran.

3. Kamal Ataturk ( - M)
Kelompok nasionalis Turki menjulukinya dengan Ataturk artinya Bapak Turki pada tahun 1934 sebagai penghormatan dan pengakuan atas kecermelangan salah satu anaknya.
Setelah system kesultanan dihapuskan dan dia dipilih menjadi presiden Republik Turki pada tahun 1923, kemudian masyarakat masih cenderung pada pelestarian system khalifahan. Akan tetapi, Mustafa Kamal menyadari bahwa system kekhalifahan bisa menjadi jebakan bagi orang yang ingin mengembalikan system kepada kejayaan Islam di Turki. Dia menetapkan bahwa Negara harus dijalankan seperti yang ada di Eropa tanpa harus melihat masa lalu atau tradsi yang pernah berlaku.
Pada masa Ataturk, terjadi perkembangan dibidang Seni dan Sastra yang luar biasa.

4. Muhammad Iqbal (1876 – 1938 M)
Ia dilahirkan di Sialkot tahun 1876 M dan melanjutkan studinya di Lahor hingga mendapat gelar MA. Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas Cambridge tahun 1905 M untuk mendalami Filsafat. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich, Jerman dan memmperoleh gelar Doktor dalam bidang Tasawuf.
Keterlibatan dalam dunia politik menyebabkan ia lebih banyak berpikir tentang perkembangan umat Islam India. Ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan oleh kemajuan berpikir umat yang hanya mementingkan persoalan agama, tanpa memikirkan dunia.
Dianatara ide-ide pembaharuannya adalah :
a. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan Islam, dan pintu ijtihad tidak tertututp.
b. Kemunduruan umat Islam disebabkan oleh kebekuan dalam berpikir.
c. Perhatian yang berlebihan terhadap makna zuhud membuat masyarakat kurang memperhatikan masalah-masalah dunia dan kemasyarakatan.
d. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.

5. Sayyid Ahmad Khaan (1817 -1898 M)
Ia dilahirkan di Delhi pada tanggal 17 Oktober 1817 M, sebagai seorang keturunan bangsawan dan dibesarkan dalam lingkungang keagamaan. Untuk merealisasikan tujuan gerakan pembaharuannya, ia mengadakan kerja sama dengan Inggris, meskipun kerjasama itu banyak mendapat tantangan dari ulama lain. Ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam dari bangsa lainnya antara lain karena lemahnya dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, umat Islam harus mampu merebut ilmu dan teknologi dari orang-orang Barat melalui pendidikan.
Diantara ide-ide pembaharuan yang di perjuangkan adalah :
a. Kemunduran umat Islam dikarenakan mereka tidak mengikuti perkembangan zaman dengan mengikuti sains dan teknologi.
b. Ia percaya dengan kemampuan akal dan kebebasan yang dimilikinya (akal) untuk berbuat berfikir.
c. Alam beredar sesuai dengan hukum alam yang telah ditentukan oleh Allah.
d. Sumber ajaran Islam hanyalah Al-Qur`an dan Al-Hadis
e. Ia menentang taqlid buta dan perlu adanya ijtihad baru untuk menyesuaikan ajaran Islam dengan zamannya.

6. Harun Nasution (1919 -1998)
Ia lahir di Pematang Siantar, Sumatra Utara pada tanggal 23 Sepetember 1919, dan meninggal dalam usia 79 tahun pada tanggal 18 September 1998 di Jakarta. Ia merupakan putra keempat dari Abdul Jabbar Ahmad, ulama dan pedagang, menjadi kadhi dan penghulu di Pematang Siantar. Ibunya adalah seorang keturunan Ulama Mandaling, Tapanuli Selatan.
Harun Nssution dikenal sebagai tokoh yang memuji aliran Muktazilah (rasionalis) yang berdasar pada peran akal dalam kehidupan beragama. Dalam ceramahnya, Harun selalu menekankan agar kaum muslimin Indonesia berpikir secara rasional. Harun Nassution juga dkenal sebagai tokoh yang berpikiran terbuka.
Dianatara pemikiran Harun yang sempat mengemuka adalah bahwa keterbelakangan umat Islam hari ini adalah dampak dari sikap mereka meninggalkan pemikiran rasionalisme yang dalam sejarah Islalm dianut Mu`tazilah. Menurutnya, kemajuan peradaban Islam abad pertengahan adalah hasil metode rasional yang dikembangkan kelompok ini. Maka menurut dia, jika ingin kembali maju, pemikiran Mu`tazilah harus dihidupkan lagi.
Harun juga berpendapat bahwa teologi fatalistic adalah biang kemunduran umat Islam. Harun menawarkan teologi mu`tazilah yang rasional sebagai pengganti teologi As`ariyah. Disamping itu ia adalah pembuka pintu dalam mendekati wahyu secara rasional.

  • C. Kemerdekaan Negara-negara Islam dari Penjajah
Umat Islam menyadari, bahwa untuk mengatasi kekuatan bangsa Barat tidak mudah, tanpa melakukan penggabungan keyakian umat serta menghimpun semangat juang umat Islam.
Gerkan Pan-Islamisme yang dilakukan Jamaludin al-Afhgani merupakan cikal bakal dari gerakan kesatuan untuk menentang penjajah. Karena gerakan ini telah membangkitkan semanagat baru umat Islam dengan tujuan memajukan umat dengan jalan mempergunakan aliran pemikiran modern melalui bentuk persastuan seluruh umat Islam di bawah satu pemerintahan Islam, yaitu seperti zaman kekhalifahan Islam.
Gerakan Pan-Islamisme dan Persatuan Ummat Islam, merupakan suatu gerakan yang sangat revolusioner dan transparan menentang keberadaan penjajah Barat di dunia muslim. Didalam paham ini ada suatu keyakinan bahwa untuk kemajuan umat Islam maka harus dilakukan melalui perjuangan dan pemikiran untuk mengusir kaum penjajah dari wilayah Islam.
Gerakan anti terhadap penjajah ini juga dilandasi ole ide-ide nasionalisme, yaitu suatu kesadaran atas haknya sebagai pemilik sah tanah air yang tidak boleh diganngu oleh bangsa manapun untuk mencampuri urusan apalagi menjajah. Disamping itu berkembang patriotisme, ykani sikap kepahlawanan dan kepeloporan untuk bangkit sebagai pahlawan dalam mempertahankan tanah air dari penjajah bangsa asing.
Gerakan perlawan semacam ini banyak bermunculan di Negara-nergara tertjajah, terutama di Negara-nergara muslim. Sebagai contoh di Indonesia adalah gerakan Imam Bonjol di Sumatra Barat yang terjadi dalam perang Paderi (1825 1837) Pangeran Diponegoro (1825 – 1830 M) dan lain sebagainya.

Tokoh Pembaharuan Islam

 

(TUGAS Kita nih... Materi SKI kls XII di Semester 2)

1. PEMBAHARUAN MUHAMMAD IBNU ABDUL WAHAB

Muhammad bin Abdul Wahab ibn Sulaiman ibn Ali bin Muhammad ibn Rasyid ibn Bari ibn Musyarif ibn Umar ibn Muanad Rais ibn Zhahir ibn Ali Ulwi ibn Wahib, lahir pada tahun 1703 dan meninggal pada tahun 1787 M. di Uyainah, daerah Nejeb Saudi Arabia . Ia seorang pembaharu di Arabia , pengikut paham Ibnu Taimiyah dan bermazhab Hambali. Pelajaran agama sangat digemarinya, sejak kecil ia telah belajar ilmu agama pada ayahnya seorang Qadhi di Uyainah. Dengan kecerdasannya, dalam usia 10 tahun ia hafal Al-Qur’an.
Muhammad ibnu Abdul Wahab adalah seorang yang sangat sibuk mengembara ke berbagai daerah untuk menuntut ilmu pengetahuan, kemudian ia sampai ke Bagdaddan di sinilah kemudian ia menikah dengan wanita kaya. Setelah limatahun istrinya meninggal dan ia mendapatkan warisan sebesar 2000 dinar. Setelah itu ia kembali mengembara ke Kurdistan selama dua tahun, di Hamadan dua tahun dan pernah pula ke Isfahan, Qum ( Iran). Perjalanannya ke berbagai daerah ternyata sangat bermanfaat baginya, bahkan ia melihat beberapa penyimpangan-penyimpangan akidah, yang diantaranya ialah:
 a. Ia melihat kuburan atau makam para ulama syekh atau guru tarikat yng bertebaran di tiap kota ataupun desa ramai dikunjungi oleh masyarakat islam, dengan maksud memohon penyelesaian atas persoalan hidup sehari-hari.
b. Aspek lain yang menjadi perhatinnya adalah masalah Taqlid. Taqlid merupakan sumber kebekuan ummat Islam itu sendiri, disamping itu untuk memahami ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist, orang harus melakukan ijtihad, karena itu pintu ijtihad tidak pernah ditutup dan tidak perlu ditutup.
Dalam hal tauhid ini Muhammad ibnu Abdul Wahab memusatkan perhatiannya terhadap pokok-pokok pikirannya, yang berpendapat bahwa:
1. Yang boleh dan harus disembah itu hanyalah Tuhan, dan orang yang menyembah selain dari Tuhan telah menjadi musyrikn dan boleh dibunuh.
2. Kebanyakan orang Islam bukan menganut faham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan lagi pada Tuhan, tetapi dari syekh atau wali dan dari kekuatan gaib.
3. Menyebut nama Nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantara dalam do’a juga merupakan syirik.
4. Meminta syafaat selain dari kepada Tuhan dan bernazar kepada selain Tuhan juga syirik.
5. Memperoleh pengetahuan selain dari Al-Qur’an, Hadits dan Qias (analogi) merupakan kekufuran.
6. Tidak percaya pada qada dan qadar Tuhan juga merupakan kekufuran.
7. Demikian pula menafsirkan Al-Qu’ran dengan ta’wil adalah kufur.
Semua yang diatas dianggap bid’ah dan bid’ah adalah kesesatan. Kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek lain yang timbul sesudah zaman itu bukanlah ajaran Islam yang asli dan harus ditinggalkan. Dengan demikian taqlid dan patuh kepada pendapat ulama tidak dibenarkan. Muhammad ibnu Abdul Wahab bukanlah hanya seorang teroris tetapi juga pemimpin yang dengan aktif berusaha mewujudkan pemikirannya. Ia mendapat dorongan dari Muhammad ibn Su’ud dan putranya Abd al-Aziz di Nejd . Tahun 1787 Muhammad Abduh meninggal dunia, tetapi ajarannya tetap hidup dengan mengambil bentuk aliran yang dikenal dengan nama Wahabiah.
Pemikiran-pemikiran Muhammad ibnu Abdul Wahab yang mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaharuan di abad kesembilan belas adalah sebagai berikut:
 1. Hanya Al-Qur’an dan Haditslah yang merupakan sumber asli ajaran-ajaran Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
2. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
3. Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup
2. PEMBAHARUAN MUHAMMAD ALI PASYA

Muhammad Ali, adalah seorang keturunan Turki yang lahir di Kawalla, Yunani, pada tahun 1765, dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. orang tuanya bekerja sebagai seorang penjual rokok dan dari kecil Muhammad Ali telah harus bekerja. Ia tak memperoleh kesempatan untuk masuk sekolah dengan demikian dia tidak pandai menulis maupun membaca, meskipun ia tak pandai membaca atau menulis, namun ia adalah seorang anak yang cerdas dan pemberani, hal itu terlihat dalam karirnya baik dalam bidang militer ataupun sipil yang selalu sukses.
Setelah dewasa, Muhammad Ali Pasya bekerja sebagai pemungut pajak dan karena ia rajin bekerja jadilah ia kesenangan Gubernur dan akhirnya menjadi menantu Gubernur. Setelah kawin ia diterima menjadi anggota militer, karena keberanian dan kecakapan menjalankan tugas, ia diangkat menjadi Perwira. Pada waktu penyerangan Napoleon ke Mesir, Sultan Turki mengirim bantuan tentara ke Mesir, diantaranya adalah Muhammad Ali Pasya, bahkan dia ikut bertempur melawan Napoleon pada tahun 1801. Rakyat Mesir melihat kesuksesan Muhammad Ali dalam pembebasan mesir dari tentara Napoleon, maka rakyat mesir mengangkat Muhammad Ali sebagai wali mesir dan mengharapkan Sultan di Turki merestuinya. Pengakuan Sultan Turki atas usul rakyatnya tersebut baru mendapat persetujuannya dua tahun kemudian, setelah Turki dapat mematahkan Intervensi Inggris di Mesir.
Setelah Muhammad Ali mendapat kepercayaan rakyat dan pemerintah pusat Turki, ia menumpas musuh-musuhnya, terutama golongan mamluk yang masih berkuasa di daerah-daerah akhirnya mamluk dapat ditumpas habis. Dengan demikian Muhammad Ali menjadi penguasa tunggal di Mesir, akan tetapi lama kelamaan ia asyik dengan kekuasaannya, akhirnya ia bertindak sebagai diktator. Pada waktu Muhammad Ali meminta kepada sultan agar Syiria diserahkan kepadanya, Sultan tidak mengabulkannya. Muhammad Ali Pasya marah dan menyerang dan menguasai Syiria bahkan serangan sampai ke Turki. Muhammad ali dan keturunannya menjadi raja di Mesir lebih dari satu setengah abad lamanya memegang kekuasaan di Mesir. Terakhir adalah Raja Farouk yang telah digulingkan oleh para jenderalnya pada tahun 1953. Dengan demikian berakhirlah keturunan Muhammad Ali di Mesir.,
Kalau diteliti lebih mendalam, maka terkesan bahwa Muhammad Ali walaupun tidak pandai membaca dan menulis, akan tetapi ia seorang yang cerdas, tanpa kecerdasan ia tidak akan mendapat kekuasaan dan tujuan akhirnya adalah untuk menjadi penguasa umat Islam, ia adalah seorang yang ambisius menjadi pimpinan umat Islam.
Hal-hal ini memberi gambaran tentang apa yang dikehendaki Muhammad Ali sebenarnya, pengetahuan tentang soal-soal pemerintahan, militer dan perekonomian, yaitu hal-hal yang akan memperkuat kedudukannya. Ia tak ingin orang-orang yang dikirimnya ke Eropa, menyelami lebih dari apa yang perlu baginya, dan oleh karena itu mahasiswa-mahasiswa itu berada dibawah pengawasan yang ketat. Mereka tak diberi kemerdekaan bergerak di Eropa. Tetapi, dengan mengetahui bahasa-bahasa Eropa, terutama Prancis dan dengan membaca buku-buku Barat seperti karangan-karangan Voltaire, Rousseau, Montesquieu dna lain-lain, timbullah ide-ide baru mengenai Demokrasi, Parlemen, pemilihan wakil rakyat, paham pemerintahan republic, konstitusi, kemerdekaan berfikir dan sebagainya.
Pada mulanya perkenalan dengan ide-ide dan ilm-ilmu baru ini hanya terbatas bagi orang-orang yang telah ke Eropa dan yang telah tahu bahasa Barat. Kemudian faham-faham ini mulai menjalar kepada orang-orang yang tak mengerti bahasa Barat, pada permulaannya dengan perantaraan kontak mereka dengan mahasiswa-mahasiswa yang kembali dari Eropa dan kemudian dengan adanya terjemahan buku-buku Barat itu kdalam bahasa arab. Yang penting diantara bagian-bagian tersebut bagi perkembangan ide-ide Barat ialah bagian Sastra. Di tahun 1841, diterjemahkan buku mengenai sejarah Raja-raja Perancis yang antara lain mengandung keterangan tentang Revolusi Perancis. Satu buku yang serupa diterjemahkan lagi tahun 1847.
 Pembaharuan yang dilaksanakan oleh Muhammad Ali :
1. Politik luar negeri
Muhammad Ali menyadari bahwa bangsa mesir sangat jauh ketinggalan dengan dunia Barat, karenanya hubungan dengan dunia Barat perlu diperbaiki seperti Perancis, Itali, Inggris dan Austria . Menurut catatan antara tahun 1813-1849 ia mengirim 311 pelajar Mesir ke Itali, Perancis, Inggris dan Austria . Selain itu dipentingkan pula ilmu Administrasi Negara, akan tetapi system politik Eropa tidak menarik perhatian Muhammad Ali.
2. Politik dalam negeri
a. Membangun kekuatan militer.
b. Bidang pemerintahan.
c. Ekonomi.
d. Pendidikan.
Sepintas pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali hanya bersifat keduniaan saja, namun dengan terangkatnya kehidupan dunia ummat Islam sekaligus terangkat pula derajat keagamaannya. Pembaharuan yang dilaksanakan oleh Muhammad Ali merupakan landasan pemikiran dan pembaharuan selanjutnya. Pembaharuan Muhammad Ali dilanjutkan oleh tahtawi, Jalaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan murid-murid Muhammad Abduh lainnya.
3. PEMBAHARUAN AL-TAHTAWI
Al-Tahtawi adalah Rifa’ah Badawi Rafi’I, Al-tahtawi lahir pada tahun 1801 M. di Tanta (Mesir Selatan), dan meninggal di Kairo pada tahun 1873. Dia adalah seorang pembawa pemikiran pembaharuan yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke-19 di Mesir. Dalam gerakan pembaharuan Muhammad Ali Pasya, al- Tahtawi turut memainkan peranan. Ketika Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan di Mesir harta orang tua al-Tahtawi termasuk dalam kekayaan yang dikuasai itu. Ia terpaksa belajar di masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun, ia pergi ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu ia selesai dari studinya di Al-Azhar pada tahun 1822.
Ia adalah murid kesayangan dari gurunya Syaikh Hasan al-‘Atthar yang banyak mempunyai hubungan dengan ahli-ahli ilmu pengetahuan Perancis yang datang dengan Napoleon ke Mesir. Syaikh Al-Attar melihat bahwa Tahtawi adalah seorang pelajar yang sungguh-sungguh dan tajam pikirannya, dan oleh karena itu ia selalu memberi dorongan kepadanya untuk senantiasa menambah ilmu pengetahuan. Setelah selesai dari study di Al-Azhar, Al-Tahtawi mengajar disana selama dua tahun, kemudian diangkat menjadi imam tentara di tahun 1824. Dua tahun kemudian dia diangkat menjadi imam mahasiswa-mahasiswa yang dikirim Muhammad ali ke Paris . Disamping tugasnya sebagai imam ia turut pula belajar bahasa Perancis sewaktu ia masih dalam perjalanan ke Paris .
Buku-buku yang dibaca Al-Tahtawi mencakup berbagai ilmu pengetahuan, dan ujiannya yang terakhir di Paris pun adalah dalam lapangan terjemahan. Sekembalinya di Kairo ia diangkat sebagai guru bahasa Prancis dan penerjemah di sekolah Kedokteran. Di tahun 1836 didirikan “Sekolah Penerjemahan” yang kemudian diubah namanya menjadi “Sekolah Bahasa-bahasa Asing”. Bahasa yang diajarkan adalah Arab, Perancis, Turki, Itali dan juga ilmu-ilmu teknik, sejarah serta ilmu bumi. Salah satu jalan kesejahteraan menurut Al-Tahtawi adalah berpegang teguh pada agama dan akhlak (budi pekerti) untuk itu pendidikan merupakan sarana yang penting.
Dalam hal agama dan peranan ulama, al-Tahtawi menghendaki agar para ulama selalu mengikuti perkembangan dunia modern dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan modern.
Diantara hasil-hasil karyanya yang terpenting adalah:
a. Takhlisul Abriiz Ila Takhrisu Bariiz.
b. Manahijul Bab Al-Mishriyah fi Manahijil Adab al-Ashriyah.
c. Al-Mursyid al-amin lil banaat wal banien.
d. Al-Qaulus sadid fiijtihadi wat taliid.
e. Anwar taufiq al-jalil fi akhbari mishra wa tautsiq bani Isra’il.
4. PEMBAHARUAN JAMALUDDIN AL-AFGHANI
Jamaludin al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan yang tempat tinggal dan aktifitasnya berpindah-pindah dari satu negara ke negara Islam lainya pengaruh terbesar yang ditinggalkannya adalah di Mesir, oleh karena itu uraian mengenai pemikiran dan aktivitasnya dimasukkan kedalam bagian tentang pembaharuan di dunia Arab. Jamaludin al-Afghani lahir di Afghanistan pada tahun 1839 M. dan meninggal dunia pada tahun 1897 M. Dalam silsilah keturunannya al-afghani adalah keturunan Nabi melalui Sayyidina Ali ra. Ketika baru berusia duapuluh dua tahun ia telah menjadi pembantu bagi pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi Perdana Menteri.
 Kemudian al-Afghani merasa lebih aman apabila meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke India di tahun 1869. tetapi di India dia juga merasa tidak bebas untuk bergerak karena negara ini telah jatuh ke bawah kekuasaan Inggris, oleh karena itu ia pindah ke Mesir di tahun 1871. Ia menetap di Kairo, pada mulanya menjauhi persoalan-persoalan politik Mesir dan memusatkan perhatian pada bidang ilmiah dan sastra Arab.
Tetapi ia tidak lama dapat meninggalkan lapangan politik. Di tahun 1876 turut campur tangan Inggris dalam soal politik di Mesir makin meningkat. Ketika itu ide-ide al-Tahtawi sudah mulai meluas di kalangan masyarakat Mesir, diantaranya ide trias politica dan patriotisme, maka pada tahun 1879 atas usaha Al- Afghani terbentuklah partai Al-Hizb al-Watani (partai nasional). 
 Tujuan partai ini untuk memperjuangkan pendidikan universal dan kemerdekaan pers. Atas sokongan partai ini al-Afghani berusaha menggulingkan Raja Mesir yang berkuasa waktu itu, yakni Khedewi Ismail. Masa delapan tahun menetap di Mesir itu mempunyai pengaruh yang tidak kecil bagi umat Islam disana menurut M.S. Madkur, al-Afghanilah yang membangkitkan gerakan berpikir di Mesir sehingga negara ini dapat mencapai kemajuan. “Mesir modern,”demikian Madkur, “ adalah hasil dari usaha-usaha Jamaludin al-Afghani”.
Selama di Mesir al-Afghani mengajukan konsep-konsep pembaharuannya, antara lain:
a) Musuh utama adalah penjajahan (Barat), hal ini tidak lain dari lanjutan perang Salib.
b) Ummat Islam harus menantang penjajahan dimana dan kapan saja.
c) Untuk mencapai tujuan itu ummat Islam harus bersatu (Pan Islamisme).
Pan Islamisme bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam menjadi satu, tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam kerja sama. Persatuan dan kerja sama merupakan sendi yang amat penting dalam Islam.
Untuk mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut di atas:
a) Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan.
b) Orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat budi luhur.
c) Rukun Iman harus betul-betul menjadi pandangan hidup, dan kehidupan manusia bukan sekedar ikutan belaka.
d) Setiap generasi ummat harus ada lapisan istimewa untuk memberikan pengajaran dan pendidikan pada manusia-manusia bodoh dan juga memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan disiplin.
Selama delapan tahun menetap di Mesir ia pergi ke Paris , disini ia mendirikan perkumpulan “Al-Urwatul Wusqa” yang anggotanya terdiri dari orang-orang Islam dan India , Mesir, Suria, Afrika Utara dan lain-lain. Diantara tujuan yang ingin dicapai ialah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa Islam kepada kemajuan. Kemudian di Paris inilah ia bertemu dengan muridnya yang setia yaitu Muhammad Abduh dan kemudian ia kembali ke Istambul, sampai akhir hayatnya.
5. PEMBAHARUAN SYEKH MUHAMMAD ABDUH
Muhammad Abduh lahir di desa Mahillah di Mesir Hilir, ibu bapaknya adalah orang biasa yang tidak mementingkan tanggal dan tempat lahir anak-anaknya. Ia lahir pada tahun 1849, tetapi ada yang mengatakan bahwa ia lahir sebelum tahun itu, tetapi sekitar tahun 1845 dan beliau wafat pada tahun 1905. Ayahnya bernama Abduh ibn Hasan Khairillah, silsilah keturunan dengan bangsa Turki, dan ibunya mempunyai keturunan dengan Umar bin Khatab, khalifah kedua (khulafaurrasyidin).
 Orang tuanya sangat memperhatikan terhadap pendidikannya, pada tahun1862 ia dikirim oleh ayahnya ke perguruan agama di mesjid Ahmadi yang terletak di desa Tanta . Hanya dalam waktu enam bulan ia berhenti karena tidak mengerti apa yang diajarkan gurunya. Setelah belajar di Tanta pada tahun 1866 ia meneruskan ke perguruan tinggi di Al-Azhar di Kairo, disinilah ia bertemu dengan Jamaludin al-Afghani dan kemudian ia belajar filsafat di bawah bimbingan Afghani, di masa inilah ia mulai membuat karangan untuk harian al-Ahram yang pada saat itu baru didirikan. Pada tahun 1877 studinya selesai di al-Azhar dengan hasil yang sangat baik dan mendapat gelar Alim. Kemudian ia diangkat menjadi dosen al-Azhar disamping itu ia mengajar di Universitas Darul Ulum.

Dalam peristiwa pemberontakan Urabi Pasya (1882)
Muhammad Abduh ikut terlibat didalamnya, sehingga ketika pemberontakan berakhir, ia diusir dari Mesir. Dalam pembuangannya ia memilih di Syiria ( Beirut ) di sini ia mendapat kesempatan mengajar pada perguruan tinggi Sultaniah, kurang lebih satu tahun lamanya. Kemudian ia pergi ke Paris atas panggilan Sayyid Jamaludin al-Afghani, yang pada waktu itu tahun1884 sudah berada disana. Muhammad Abduh kebetulan diperkenankan pulang ke Mesir, sedang Jamaluddin mengembara di Eropa kemudian terus ke Moskow.
Di Mesir Muhammad Abduh diserahi jabatan Mufti Mesir, disamping itu ia diangkat menjadi anggota Majelis Perwakilan (Legilative Council), Muhammad Abduh pernah juga di serahi jabatan hakim Mahkamah, dan di dalam tugas ini ia dikenal sebagai seorang Hakim yang adil.
Pokok-pokok pikiran Muhammad Abduh dapat disimpulkan dalam empat aspek, yaitu:
 Pertama, aspek kebebasan, antara lain; dalam usaha memperjuangkan cita-cita pembaharuannya, MuhammadAbduh memperkecil ruang lingkupnya, yaitu Nasionalisme Arab saja dan menitikberatkan pada pendidikan.
Kedua, aspek kemasyarakatan, antara lain usaha-usaha pendidikan perlu diarahkan untuk mencintai dirinya, masyarakat dan negaranya. Dasar-dasar pendidikan seperti itu akan membawa kepada seseorang untuk mengetahui siapa dia dan siapa yang menyertainya.
Ketiga, aspek keagamaan, dalam masalah in Muhammad Abduh tidak menghendaki adanya taqlid, guna memenuhi tuntutan ini pintu ijtihad selalu terbuka.
Keempat, aspek pendidikan antara lain, al-Azhar mendapatkan perhatian perbaikan, demikian juga bahasa Arab dan pendidikan pada umumnya cukup mendapat perhatiannya.
Menurut Muhammad Abduh bahasa Arab perlu dihidupkan dan untuk itu metodenya perlu diperbaiki dan ini ada kaitannya dengan metode pendidikan. System menghafal diluar kepala perlu diganti dengan system penguasaan dan penghayatan materi yang dipelajari.
 6. PEMBAHARUAN RASYID RIDHA

Rasyid Ridha adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tripoli (Suria). Ia berasal dari keturunan al-Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu ia memakai gelar Al-sayyid depan namanya. Semasa kecil ia dimasukkan ke madrasah tradisional di Al-Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan membaca Al-Qur’an di tahun 1882, ia melanjutkan pelajaran di Al-Madrasah al-Wataniah Al-Islamiah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli .
Di Madrasah ini, selain bahasa arab diajarkan pula bahasa Turki dan Prancis, dan disamping pengetahuan-pengetahuan agama juga pengetahuan-pengetahuan modern. Sekolah ini didirikan oleh Al-Syaikh Husain Al-Jisr, seorang ulama Islam yang telah dipengaruhi oleh ide-ide modern, tetapi umur sekolah tersebut tidak panjang. Kemudian Rasyid Ridha meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli .
Disamping itu Rasyid Ridha memperoleh tambahan ilmu dan semangat keagamaan melalui membaca kitab-kitab yang ditulis al-Ghozali, antara lain Ihya Ulumuddin sangat mempengaruhi jiwa dan kehidupannya, terutama sikap patuh pada hukum dan baktinya terhadap agama. Rasyid Ridha mulai mencoba dan menerapkan ide-idenya ketika masih berada di Suria, tetapi usaha-usahanya mendapat tantangan dari pihak kerajaan Usmani. Ia merasa terikat dan tidak bebas, karena itu ia memutuskan pindah ke Mesir, dekat dengan Muhammad Abduh. Pada tahun 1898 M. Rasyid Ridha hijrah ke Mesir untuk menyebarluaskan pembaharuan di Mesir. Dan dua tahun kemudian ia menerbitkan majalah yang diberi nama “al- Manar” untuk menyebarluaskan ide-idenya dalam pembaharuan. Pada dasarnya pokok pikiran Rasyid Ridha tidak jauh berbeda dengan gurunya, terutama dalam titik tolak pembaharuannya yang berpangkal dari segi keagamaan, tuntutan adanya kemurnian ajaran Islam, baik dari segi akidahnya maupun dari segi amaliyahnya. Menurut pendapat dari Rasyid Ridha ummat Islam mundur karena tidak lagi menganut ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, dan perbuatan mereka telah menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Disamping itu sebab-sebab yang membawa kemunduran ummat Islam, karena faham fatalisme, ajaran-ajaran tariqad atau tasawuf yang menyeleweng semua itu membawa kemunduran ummat Islam menjadi keterbelakangan dan menjadikan ummat tidak dinamis.
Dalam hubungannya dengan akal pikiran, Rasyid ridha berpendapat bahwa derajat akal itu lebih tinggi, akan tetapi hanya dapat dipergunakan dalam masalah kemasyarakatan saja, tidak dapat dipergunakan dalam masalah ibadah. Diantara aktivis beliau dalam bidang pendidikan antara lain membentuk lembaga yang dinamakan dengan “al-dakwah wal irsyad” pada tahun 1912 di kairo.
Para lulusan dari seoah ini akan dikirim ke negeri mana saja yang membutuhkan bantuan mereka. Kemudian melalui majalah al-Manar ia menjelaskan bahwa inggris dan perancis yang berusaha membagi-bagi daerah arab ke dalam kekuasaannya masing-masing. Bentuk pemerintahan yang dikehendaki oleh Rasyid Ridha adalah bentuk kekhalifahan yang tidak absolute, kholifah hanya bersifat koordinator, tidaklah mungkin menyatukan ummat islam ke dalam satu system pemerintahan yang tunggal, karena khalifah hanya menciptakan hukum perundang-undangan dan menjaga pelaksanaannya.
Rasyid Ridha menyadari pertentangan yang makin ada diantara nasionalisme dan kesetiaan kepada persatuan Islam. Menurutnya paham nasionalisme bertentangan dengan paham ummat Islam, karena persatuan dalam Islam tidak mengenal perbedaan bangsa dan bahasa. Meskipun Rasid Ridha berguru pada Muhammad Abduh, tetapi dalam hal pembaharuan mereka memiliki perbedaan. Muhammad Abduh lebih luas pergaulannya,disamping itu penguasaan bahasa asing lebih menguasai dibanding Rasyid Ridha.
Perbedaan antara guru dan murid tersebut sangat terlihat, misalnya dalam hal paham-paham teologi dan jujga dalam Tafsir al-Manar, ketika murid memberi komentar terhadap uraian guru. Sedangkan dalam masalah teologi, Muhammad Abduh menafsirkan ayat-ayat Mutajassimah secara filosofis rasional, sedangkan Rasyid Ridha menafsirkan apa adanya ia tidak mentakwil.
 Rasyid Ridha sebagai ulama yang selalu menambah ilmu pengetahuan dan selalu berjuang selama hayatnya, ia meninggal pada tanggal 23 jumadil ula 1354/ 22 agustus 1935, ia meninggal dunia dengan aman sambil memegang Al-Qur’an ditangannya.
7. PEMBAHARUAN QASYIM AMIN

Qasyim Amin lahir dipinggiran kota Kairo pada tahun 1863, ayahnya keturunan Qurdi, tetapi menetap di Mesir, ia belajar hukum di Mesir kemudian melanjutkan ke Perancis sebagai mahasiswa tugas belajar dari pemerintah untuk memperdalam ilmu hukum, setelah selesai dan pulang ke Mesir ia bekerja pada pengadilan Mesir. Dalam hal pembaharuan di masyarakat ia lebih mengutamakan dalam hal memperbaiki nasib wanita.
Ide inilah yang kemudian dikupas Qasyim Amin dalam bukunya tahrir al-mar’ah (“emansipasi wanita”). Wanita yang terbelakang dan jumlahnya sekitar seperdua dari jumlah penduduk Mesir, merupakan hambatan dalam pelaksanaan pembaharuan, karena itu kebebasan dan pendidikan wanita perlu mendapat perhatian. Ide Qasyim Amin yang banyak menimbulkan reaksi di zamannya ialah pendapat bahwa penutupan wajah wanita bukanlah ajaran Islam.
Tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist adalah ajaran yang mengatakan bahwa wajah wanita murupakan aurat dan oleh karena itu harus ditutup. Penutupan wajah adalah kebiasaan yang kemudian dianggap sebagai ajaran Islam.
Dan karena kritik dan protes terhadap ide inilah Qasyim Amin melihat bahwa ia perlu memberi jawaban yang keluar dalam bentuk buku bernama al-mar’ah al-jadilah (“wanita modern”). Ide-ide ini, tentu ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju, tapi sekarang ini usaha itu sudah dapat dirasakan hasilnya

Kamis, 04 September 2014

HASIL OBSERVASI KELOMPOK 5



LAPORAN HASIL OBSERVASI TAREKAT
DI KP. CIMAUNG DESA.CIWANGI
PURWAKARTA









Disusun
OLEH

KELOMPOK 5
MOH NURQOYYIM
RIDWAN
NURWANTI
NIA KURNIA
SITI ROSIDAH
TIFFANI
WILDA


MADRASAH ALIYAH NEGERI PURWAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2013-2014



KATA PENGANTAR


Pertama dan yang utama, penulis memanjatkan puji dan sykur kepada Yang Maha Kuasa. Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Observasi ini.
 Saya juga sangat berterima kasih kepada pihak sekolah yang telah mengizinkan saya untuk melakukan observasi ini di tempat Tarekat , khususnya bagi AA CH, kang Karta dan dan pengurus majlis dzikir TAREKAT, karena atas kerja sama yang baik saya bias mengerjakan laporan ini.
Laporan ini disusun dalam  rangka memenuhi salah satu  tugas mata pelajaran Ilmu Kalam. Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2014.Observasi ini dilakukan di Kp.Cimaung NO:32 Rt/Rw.16/04 Desa.Ciwangi Kecamatan.Bungursari Kabupaten.Purwakarta.
Tiada gading yang tak retak. Dari peribahasa itu, kami menyadari laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan  kritik dan saran yang menbangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.













Purwakarta     

Kelompok 5   
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Setiap golongan pasti memiliki keunikannya masing-masing dalam proses pengerjaan sesuatu ataupun dalam menjalankan sesuatu.
Pada setiap golongan itu ada berbagai macam persamaan dan perbedaan tersendiri dalam permasalahan dan menghadapi masalahnya dari itulah kami mendasarkan pada satu golongan tarekat yang melakukan proses-proses dan ritual-ritual tertentu dalam menjalankan tarekatnya. Temuan lapangan kami dalam menunjukkan bahwa masalah-masalah golongn itu juga masuk kedalam aspek perkembangan agama, fisik, batin,  kognitif, pribadi, dan sosial.
Untuk itu kita perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang jenis-jenis data yang perlu dikumpulkan, sumber untuk memperoleh data tersebut, cara dan prosedur mendapatkan data, dan keterampilan dalam menyusun alat pengumpul data serta penggunannya. Pengetahuan dan keterampilan tersebut sangat berguna dalam mengidentifikasi yang lainnya.
2.      Rumusan Masalah
Pada Observasi kali ini, kami memfokuskan pada satu golongan yang sudah kami survei sebelumnya tentang apa aja yang terdapat pada golongan tersebut, baik dari segi pengetahuan tentang tarekat maupun aturan khusus yang terdapat pada golongan tarekat itu sendiri.
3.      Tujuan
Tujuan diadakannya observasi ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi golongan-golongan tarekat yang ada di kabupaten purwakarta dan mengetahui apa aja ajaran-ajaran yang terdapat didalamnya baik dari segi ritual maupun kebiasaan yang memang tidak kami bisa dapatkan informasinya secara khusus
4.      Manfaat
Laporan ini sangat bermanfaat sekali bagi kita, karena:
a.       Memberikan kesempatan kepada kita (siswa) untuk mempelajari, mengamati, dan mengkaji suatu golongan tarekat yang sebelumnya kami tidak tahu tentang golongan ini.
b.      Melatih kita dalam membuat suatu laporan observasi agar terbiasa dan lebih baik.
c.       Memberikan kesempatan kepada siswa (kami) untuk lebih mengenal secara mendalam tentang tarekat yang dipelajari dan diamalkan di satu golongan yang kami obsrvasi
d.      Sebagai pedoman untuk pembelajaran.
Tidak hanya bagi penulis, laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca, karena:
a. Mengetahui akan masalah batin yang dihadapi seseorang yang mungkin kita tidak menyadarinya.
b.  Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepedulian akan golongan yang akan membawa kepada jalan yang baik
c. menjauhkan pembaca pada sikap memfonis suatu golongan itu jelek dan tidak sesuai prosedur keislaman maupun  keimanan kita.
5.      Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian, kami menggunakan pengambilan dokumen, dan wawancara kepada narasumber yang memang udah menjadi ketua majlis di golongan tarekatnya
6.      Waktu dan Tempat
Kami melakukan beberapa kali kunjungan ke Kp. Cimaung  NO:32 Rt/Rw.16/04 Desa.Ciwangi
Purwakarta, yakni tanggal 29 Agustus 2014.



BAB II
A.    LANDASAN TEORI
Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance dalam bahasa Inggris. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan cara, prosedur dan bahan tertentu agar individu tersebut dapat mandiri, mampu memahami satu golongan tarekat yang dihadapi dan dapat mengembangkan diri sebagai personal yang sopan dan dapat menghargai oranglain.
Dilihat dari fungsi bimbingan atau penyuluhan itu bersifat pengembangan, dan pengabdian kepada mursyid yang ada.
Adapun beberapa fungsi bimbingan tarekat, antara lain:
a.    Penyuluhan (distributive)
b.    Pengadaptasian (adaptive)
c.    Penyesuaian (adjustive)
Jenis dan layanan tarekat berupa dzikir-dzikir dan arahan-arahan diantaranya:
a.    Penerimaan informasi sebagai orientasi
b.    Bantuan untuk menyesuaikan diri
c.    Penyuluhan tentang perkembangan individu.
Penyesuaian terhadap situasi baru,mengembangkan kemampuan orang-orang tarekat untuk memahami diri sendiri dan menerapkannya dalam situasi mendatang.
Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh orang yang bertarekat, tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang pengembangan diri sebagai pribadi dengan hati yang bersih, taat dan mempunyai kemampuan yang harus berkembang.











B.      Pengertian Tarekat
 Asal kata “tarekat” dalam bahsa Arab ialah “thariqah” yang berarti jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan yanng ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum Ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim.
Tak mungkin ada anak jalan tanpa ada jalan utama tempat berpangkal. Pengalaman mistik tak mungkin didapat bila perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu dengan seksama.
Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan:
 ا لطر يقة هي ا لعمل با الشر يعة و ا لاخذ بعزا ئعها و ا لبعد عن ا لتسا هل
 فيما لا ينبغي ا لتسا هل فيه
Artinya:
“Tariqat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah ( dengan tekun ) dan menjauhkan ( diri ) dari ( sikap ) mempermudah ( ibadah ), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah”

اا لطر يقة هي ا جتنا ب ا لمنهيا ت ظا هرا و با طنا وا متثا ل ا لا وا مر ا لا لهية
 بقد ر ا لطا قة
Artinya:
“Tariqat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya, baik larangan yang nyata maupun yang  tidak
( batin ).”                                                         
 ا لطر يقة هي ا جتنا ب   ا محر ما ت و ا لمكرو ها ت و فضو ل ا لمبا حا ت
 و ا دا ء ا لفرا ئض فما ا ستطا ع من ا لنوا فل تحت ر عا ية عا ر ف من ا هل ا لنها ية
Artinya:
“Tariqat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah ( yang sifatnya mengandung ) fadilah, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan kesanggupan
( pelaksanaan ) di bawah bimbingan seorang arif ( Syekh ) dan ( Sufi ) yang mencita-citakan suatu tujuan.”








BAB III
HASIL OBSERVASI
A.    IDENTITAS MAJLIS

NAMA MAJLIS                    : YAYASAN CERMIN HATI
NO IDENTITAS                    : KEP. MENKEH & HAM RI No. C-411.HT 01.02.TH.2004
Akta Notaris                           : No:9.Tgl.26 April 2004 Deddy Achmad Chaidir, SH.
ALAMAT                               : Kp.Cimaung NO:32 Rt/Rw.16/04 Desa.Ciwangi  Kec.Bungursari Kab.Purwakarta.

Proses observasi                      :
                                                  Dari hasil wawancara yang kami lakukan mengenai Tarekat yang bertempat di kp. Cimaung . Nama mursyid dalam tarekat itu sendiri yakni , KH. AA C.H. yang bernama lengkap “Deddy Achmad Chaidir”, beliau mengakukan bahwasanya beliau tidak di bai’at sebagai seorang mursyid tetapi beliau diamanati oleh gurunya yaitu Syekh Abdul Qosim dari Cirbon untuk mengamalkan kembali pada masyarakat yang ingin dan mempunyai minat untuk bertarekat. Syekh Abdul Qosim itu adalah seorang mursyid utama yang ada di cirebon yang menyuruh aa CH untuk mengamalkan kembali ilmunya beliau juga dari silsilahnya masih ada sanad ketersambungan kepada sayyidina Muhammad Rosulullah SAW.
Mengenai hal itu menjadi seorang mursyid juga pendapat beliau pastinya memiliki syarat-syarat tertentu diantara nya harus sudah mempunyai rasa ILLAHIYYAH yaiu sudah tertanam dalam hatinya Dziir-dzikir yang selalu mengiringinya dan Allah terus bersamanya, tidak memiliki hati yang buruk yakni selalu taat dan tak pernah melakukan hal yang ada diluar syari’at islam, harus istiqomah dalam setiap keharusan yang dijalani dalam berdzikir, tawasul, dan terus mengingat Allah, juga melayani masyarakat kapan saja dan dimana saja. Mungkin hal itu yang mendasar dalam syarat menjadi seorang mursyid. Lalu dalam menjadi seorang muridnya juga sama halnya memiliki syarat tertentu yakni dengan niat untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT. Selain itu juga harus berumur 17 tahun bagi laki-laki dan baligh yakni sudah haid bahi perempuan, benar-benar ingin kembali pada jalan yang benar dengan ketetapan hati agar selalu istiqomah menjalankan tarekatnya dengan cara dipimpin atau dituntun oleh seorang pembimbing, bisa oleh mursyidnya maupun orang yang ditunjuk oleh mursyid yang memang sudah bisa memandu masyarakat lain dan masuk dalam kriteria ketua majlis dzikir yang ada disana, orang yang ingin menenangkan hati dengan cara tarekat dan menjalani semua ritual-ritual yag sudah di tetapkan dan tidak boleh belajar dan mengamalkan sendiri selagi seorang mursyid tidak pernah menyuruhnya untuk melakukannya.
Dalam ketentuan seorang muridnya ada beberapa yang memang harus dijalani diantanya harus di ba’iat terlebih dahulu yaiu disumpah dan di bacakan lafad “LAA ILAAHA ILLALLAH” di depan mursyid sambil duduk sila dan setelah itu diberikan do’a khusus yakni do’a yang ditanamkan dalam diri seorang muridnya itu setelah selesai diberikan ritual pertama itu selanjutnya murid diberikan 2 (Dua) Dzikiran pertama yang harus dilakukan dan tidak boleh dilangar dan di tinggalkan
Tujuan mempelajari tarekat itu sendiri ditegaskan oleh beliau yaitu mengamalkan rukun-rukun yang ada dalam agama islam yaitu:
1.      Rukun islam
2.      Rukun iman
3.      Rukun ihsan
Dalam rukun ihsanlah itu kita mempelajari tasawuf dan tarekat dan menggali enaknya beribadah ujar Aa CH, demi terwujudnya enaknya dan nikmatnya beribadah itu tiada lain Majlis dzikir disana juga sering melaksanakan acara-acara tertntu yang sering dilaksanakan pada setiap harinya, perminggu, dan perbulan. Sebagai keterangannya yaitu:
v  Perhari       : Dzikir juga khatam dzikir setiap ba’da shalat (fardu maupun sunnah).
v  Mingguan  : Tawasulan .
v  Bulanan     : Manakib, juga ada pemberian materi tentang orang-orang sholeh.
Dari dzikir yang diberikan ada beberapa macam dzikir yang diajarkan dan diberikan kepada setiap murid dari mursyidnya diantaranya:
v  Dzikir Qolbi
v  Dzikir Lisani
v  Dzikir Ruh
v  Dzikir Nafsiyah
v  Dzikir Sin
Kami dari tim observasi tidak mendapat penjelasan lebih lanjut tentang pengrtian semua macam-macam dzikir yang disampaikan tersebut diatas. Dan memang hal itu akan kita ketahui setelah kita memasuki ajaran tersebut dan mengikuti amalan-amalan yang diberikan barulah kita bisa mendapatkan pengertiannya secara tidak langsung, begitupun dengan gerakan-gerakan yang dilakukan sebagai ritual berdzikirnya kami tidak mendapatkan penjelasan lebih lanjut kembali pada pengertian yang tadi kita harus mengikuti dan ikut didalam tarekat tersebut yakni tidak sembarang orang yang akan dibritahu tentang hal-hal yang bersifat rahasia tersbut.
Susunan kepanitiaan yang terdapat di majlis Dzikir tersebut adalah sebagai berikut:
                   I.            Syekh Abdul Qosim         : Mursyid yang ada di cirebon
                II.            Aa CH                               : Pembina Majlis Dzikir yang ada di Cimaung
             III.            H.Asep Sulaiman              : Ketua Yayasan
             IV.            Karta                                 : Ketua Majlis
Dikarenakan sanadnya bersambung kepada Rasulullah SAW maka dinyatakan Majlis Dzikir tarekat  “CERMIN HATI” ini MU”TABARAK. Selain mu’tabarak secara agama juga majlis Dzikir tarekat ini telah diresmikan oleh Bupati Purwakarta yakni H. Dedi Mulyadi, SH.




B.     DOKUMENTASI HASIL OBSERVASI KE LOKASI
Foto Silsilah dan sanadnya tarekat yang terdapat di Cimaung Hingga ke Rasulullah SAW, dan proses pembai’ayan Aa CH oleh Syekh Abdul Qosim. juga dibawah ini adalah tanpak depan Majlis Dzikir yang ada di cimaung dan tugu peresmian yang di resmikan oleh H. Dedy Mulyadi, SH Di bawah ini adalah foto tim observasi yang mengunjungi tempat tarekat yang ada di cimaung.          
Di bawah ini adalah foto dari Syekh Abdul Qosim beserta Lambang tarekat dari ASWAJA (Ahl sunnah Waljamaah).
proses wawancara kepada narasumber


Pimpinan majlis Dzikir yang ada dicimaung yakni Aa. CH

BAB V
KESIMPULAN
Dari data-data yang kami dapat bahwasannya tidak smua aliran tarekat yang ada itu Mu’tabarok dan setiap majlis tarekat yang ada mempunyai ritual dan kebiasaannya masing-masing dan semuanya tiada lain untuk memperjuangkan diri demi mendekatkan hati kepada Allah.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Nurqoyyim
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. RCC (Religious Class Community) - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Nurqoyyim